Selasa, 30 Juni 2009

Jatuh Cinta vs Pilpres

Konon seseorang yang sedang jatuh hati tiba-tiba merasa segala sesuatu tentang yang dicintainya menjadi lebih indah, suaranya, lenggak lenggoknya, kostumnya, semua tampak begitu istimewa. Kata orang tai kucingpun rasa coklat (nggak juga kalee). Demikianlah Tuhan menciptakan rasa yang agung itu, sehingga kita anak manusia senantiasa tak pernah bisa menghindarinya.
Lalu Pilpress??? Selintas memang tak ada kaitannya. Tetapi mari kita cermati tingkah laku para pendukung 3 calon presiden kita. Tiap kali ada debat antar tim sukses, maka ada-ada saja argumentasi untuk membenarkan setiap tingkah laku jagoannya. Di lain waktu puja puji senantiasa dilontarkan terhadap sepak terjang jagoannya tersebut. Meskipun jika ditilik dari jejaknya, banyak juga di antara mereka yang sekarang berada di kubu yang sama, dulunya justru berseberangan.
Nah, bukankah pola yang demikian itu mirip dengan orang jatuh cinta, Terkadang benci bisa berubah jadi cinta bukan??? Karena itu, jika ingin mengetahui kualitas seorang calon, ada baiknya kita mencerna pendapat orang-orang yang lebih netral. Siapakah itu??? Tentu saja mereka yang menyeru untuk golput. Tentu Golput yang kita maksud adalah golput yang dilakukan secara bertanggungjawab (setidaknya untuk diri mereka sendiri). Bukankah Golput itu sama sekali tidak punya preferensi untuk memilih salah seorang calon yang tersedia. Karena itu boleh dong kita menganggap komentar mereka akan lebih objektif. Sama saja kan, kalo sedang jatuh cinta. Bukankah kita juga perlu mendengarkan opini orang ketiga, orang tua, atau sahabat misalnya.
Kawan, saya berpendapat, bahwa sebagian besar dari kita saat ini sedang jatuh cinta (cinta buta) dengan calon presiden jagoan kita masing-masing. Setidaknya hal ini juga terjadi pada diri saya. Ketika saya telah memutuskan untuk mendukung jagoan saya pada 8 Juli nanti, koq rasanya setiap langkah yang dilakukan oleh sang jagoan hampir selalu bagus, tampilannya selalu menarik, komentarnya selalu paling tepat. Padahal belum tentu juga kan? Dan di lain sisi, koq tiba-tiba ada perasaan malas, bosan, dan lain-lain ketika kompetitor sang jagoan muncul. Saya yakin orang-orang pintar yang sering muncul di Tipi atas nama pengamat tetap akan sulit menghindar dari kondisi seperti ini. Karena itu, kalau mau menimbang secara objektif, matikan Tipi anda, tak perlu mendengar orang pintar itu, dengarkan suara golput…. Begitu kalee.