Rabu, 09 Desember 2009

Change

Belasan tahun yang lalu, mengawali hari-hari sebagai mahasiswa. Yang terasa adalah, menjadi mahasiswa emang beda jauh dengan siswa sekolah menengah. Dalam hal berpakaian, sekarang bebas euyy, baju boleh apa saja yang penting rapi, rambutpun boleh gondrong. So penampilan bisa dioptimalkan. Dosen juga tidak segalak guru. Banyak dosen yang tidak peduli mahasiswa mau hadir atau tidak, tidak kayak sekolah yang harus kirim surat sakit…Banyak lagi hal menarik lainnya, termasuk proses kuliahnya sendiri.

..........................

Judul tulisan singkat ini kayaknya nyontek judul buku yang ditulis oleh seorang pakar yang terkenal. Tapi kupikir tak apalah, toh catatan ini juga bukan buat dikomersilkan. Lagi pula kata itu mungkin sudah ada sejak bahasa diciptakan, so boleh dong kita juga make hehehe...

............................

Tulisan ini koq jadi loncat-loncat ya (Tupai kalee....). Yang mau kubilang sebenarnya begini....

Dalam tahun-tahun terakhir ini, Unhas, tempatku mengabdi dan dulu tempatku menuntut ilmu sedang gencar mendorong transformasi proses belajar dari Teaching ke Learning. Tidak usah kita pusing dengan pengertian kedua istilah itu. Intinya adalah adanya transformasi dalam pola pembelajaran, dimana tadinya mahasiswa merupakan sosok yang diajar dan dosen sebagai pengajar. Kini dosen lebih berperan sebagai fasilitator yang berusaha membantu mahasiswanya menggali sendiri ilmu yang diperlukannya dengan bahagia. Banyak suara-suara miring mengenai usaha ini. Alasannya antara lain adalah fasilitas tidak mendukung, jumlah mahasiswa terlalu banyak dalam satu kelas, dan banyak lagi…Lalu???

Akan tetapi ada juga yang dengan penuh semangat mencoba menerapkan metode ini. Tentu saja dengan persepsinya masing-masing, serta kondisi lingkungannya. Hasilnya lebih baik atau tidak, entahlah. Tetapi jika menyimak segala macam argumentasi yang menyertai keinginan ini, kelihatannya pantas dicoba. Sayangnya saya belum berkesempatan untuk terlibat di dalamnya karena keburu kabur ke "kota hujan" melanjutkan studi selang beberapa pekan setelah mengikuti pelatihannya....

Dua bulan yang lalu, ketika mudik berlebaran, rupanya diskusi tentang implementasi sistem ini masih tetap hangat. Sebagai orang yang sedang tidak intens mengikuti perkembangan, saya rada kurang PD berpendapat. Tetapi menyimak diskusi yang berkembang, tampaknya perlu tidaknya transformasi teaching ke learning bukan lagi sesuatu yang penting untuk diperdebatkan. Yang lebih penting adalah bagaimana melakukannya dengan segala keterbatasan yang ada. Lingkungan eksternal kita, dalam dunia pendidikan maupun masyarakat umum menuntut perubahan ini. Lagipula, mungkin ini memang kebiasaan buruk kita, setiap kali melakukan inovasi, selalu dimulai dengan Judul. Akhirnya terkadang energi habis untuk berdebat tentang judul, bukan substansi. Seperti juga istilah Teaching-learning itu. Karena itu mari kita bermigrasi ke cara yang kita yakini lebih baik dengan atau tanpa menggunakan istilah yang jadi sumber perdebatan

Seperti dalam prolog tulisan ini, kenangan kuliah S1 adalah kenangan yang indah dengan metode yang saat itu mungkin dikategorikan sebagai proses "teaching". Jika saat ini metode tersebut dianggap sudah kurang sesuai, ya mungkin saja,.....bukankah hanya perubahan yang kekal. So mari kita menyambut setiap perubahan dengan enjoy, dan jika perlu menggagas dan menjadi pelakunya untuk hidup yang lebih baik (perasaan ada iklan yang kayak gini...iklan apa ya..)

Selasa, 01 Desember 2009

Facebook

Tulisan ini sebenarnya telah dibuat beberapa bulan yang lalu, tapi entah mengapa, baru sekarang di posting. Lagi pula nggak penting juga koq, jadi kalo mo baca monggo, kalo nggak ya ngga apa2...tapi mosok sudah sampai di sini terus berhenti, mending tuntaskan aja skalian, iya kan...hehehe....
Isinya begini:............
Sekian bulan yang lalu seorang teman mengajak bergabung di Facebook, katanya ini adalah situs pertemanan yang banyak manfaatnya. Beberapa waktu sebelumnya, kata Facebook pertama kali saya kenal ketika kampanye kepresidenan Obama sedang gencar. Maklum saja FB ini menjadi salah satu media kampanyenya. Di lain waktu saya membaca artikel tentang FB. Seorang mahasiswa tingkat awal membuat situs jejaring sosial untuk rekan-rekannya. Tetapi kemudian situs ini berkembang menjadi seperti apa yang kita saksikan dan manfaatkan sekarang ini.
Singkat cerita saya telah bergabung dengan FB ini selama beberapa waktu. Bahagia rasanya bertemu rekan-rekan yang sudah sekian lama tak ketahuan jejaknya, teman pondokan, teman kost (emang beda???) teman serumah, teman kuliah, teman sekolah, de el el. Tiba-tiba saja semua bermunculan di FB. Jadilah suasana hangat yang pernah direnda sekian tahun yang lalu kembali terjalin. Banyak pula adik-adik mahasiswa (saya juga mahasiswa lho!!!??) yang ngajak berteman. Namanya anak muda, mereka jauh lebih dinamis. Ada-ada saja yang mereka tulis. Meskipun saya tidak pandai membuat komentar di wall, tetapi belakangan ini saya lebih sering tersenyum sendiri (mulai setress kali ya) di depan komputer membaca komentar mereka tiap kali membuka FB. Lainnya lagi, ada yang ngajak bisnis, wah luar biasa, lewat FB kita bisa memperbesar peluang mencari rezki. Sayangnya saya (merasa) tidak bakat bisnis, so belum berhasil…...tetap semangat.
Yang agak spesifik, kemarin sore saya diconfirm oleh seorang Professor dari University Sains Malaysia. Dua tahun lalu saya hampir menjadi mahasiswa PhD beliau di USM, tetapi kemudian batal karena saya mundur dengan alasan pribadi. Agak heran juga, koq tiba-tiba diconfirm. Usut punya usut, ternyata waktu pertama kali buat FB dulu, secara tidak sengaja saya mengundang semua yang ada dalam address mail sebagai teman, jadilah semuanya terundang (jadi malu deh). Tapi ternyata gaptek membawa hikmah. Silaturahmi kembali terjalin dengan P Professor. Setidaknya saya bisa diskusi tentang riset yang sedang dikerjakan beliau yang kebetulan sangat berhubungan dengan yang sedang saya kerjakan.
Singkat cerita, selain bikin habis waktu, FB ini ternyata banyak manfaatnya. Nah sebagai warga yang menjunjung tinggi budaya bangsa, kita patut berterima kasih kepada pembuat situs ini. Sekalipun sebenarnya dia tidak butuh. Toh dia sudah menjadi sangat kaya atas karyanya ini.
Andai saja ia tahu, ada cara sehingga ia dapat memperoleh amal jariyah dari hasil karyanya ini, mungkin ia akan tertarik dan lebih senang lagi. Wallahu Alam….